Pages

Senin, 19 Maret 2012

Kegigihan Seorang Pengamen kecil



            Lampu merah menyala, itu pertanda Hendra datang ke setiap mobil yang ada, dan melantunkan suaranya. Hendra tetap bersabar ketika ada orang yang tidak memberikan sebagian uangnya. Umurku 12 tahun harusnya ia sudah duduk dibangku SMP kelas 1 tetapi karena kendala biaya Hendra tidak masuk sekolah, orang tuanya sudah tiada ketika Hendra masih kecil. Sekarang Hendra dirawat oleh pamanku namanya paman Ginra. Paman orangnya keras, maklum dulu ia preman terminal dan pernah masuk penjara. Tetapi sekarang paman sudah sedikit berubah semenjak masuk penjara. 

            Pada sore harinya Hendra pulang ke rumah dengan membawa uang seadanya. “Dra kamu bawa hasil berapa hari ini?” tanya paman dengan suara yang sedikit keras. “hanya sssegini paman.” Jawab Hendra sambil menundukan kepalanya. “berapa? Sini, berikan uangnya!” “ini paman” jawab Hendra. “apa hanya sepuluh ribu! Mau makan apa kamu dengan uang sedikit ini hah?” kata Paman sambil membentak. “Ya sudah paman ingin keluar dulu” “lalu uang ini?” tanya Hendra. “Untuk kamu saja.” dengan suara lantang paman menjawab. Hendra ditanya paman setiap kali ia pulang mengamen di perempatan lampu merah. 

            Keesokan harinya Hendra mengamen ditempat yang berbeda, tiba-tiba ada dua orang preman mengahampirinya. “hey kamu tau gak kalau ini wilayah saya!” tanya salah satu dari preman tersebut. “ tidak tau bang.” Jawab Hendra. “disini ada aturannya siapa yang ngamen atau yang lainnya harus setoran ke saya, atau pergi dari wilayah saya.” kata si preman. “tapi inikan tempat umum bang.”  Kata Hendra. “kamu menantang saya?” tanya si preman dengan muka yang kesal. “tidak, saya tidak menantang. Kalau begitu dari pada disini membuat ribut, saya lebih baik pergi.” Kata Hendra. “ya sudah pergi sana! Kalau bisa jangan kembali lagi, kalau kembali saya akan meminta setoran ke kamu! Ingat itu ya!” kata si preman dengan keras. “iya bang” kata Hendra. 



            Meskipun ia mendapatkan kesusahan dalam mencari tempat yang aman untuk mengamen dan jauh dari preman, ia tetap bersabar dan tidak putus asa. Sore harinya ia mendapat koran bekas yang di buang begitu saja. Setelah di baca-baca ia melihat ada perlombaan menyanyi untuk usia 8-12 tahun. “wah ini kesempatan bagus, berhubung umurku masih 12 tahun.” kata Hendra. Lalu ia melihat syarat dan hadiah lomba. “syaratnya harus ku penuhi nih, lalu ketempat yang sudah ditentukan untuk ikut audisi” kata Hendra. Lalu ia membawa koran itu ke rumah dan memberitahu paman tentang lomba tersebut. 

            “paman aku punya berita bagus.” Kata Hendra sambil berlari ke pamannya. “berita apa?” tanya paman. “ada lomba bernyanyi, Syaratnya gampang kok paman, dan hadiahnya besar sekali Rp. 50.000.000,- aku boleh ikut lomba itu ya paman?“ jawab Hendra. “apa Rp. 50.000.000,- ? itu besar sekali, paman izinkan untuk mengikuti lomba tersebut, tetapi apa syaratnya?” tanya paman. “syaratnya harus berumur 8-12 tahun, bisa bernyanyi, dan orang tua harus punya KTP.” jawab Hendra. “ tapi paman tidak punya KTP. Bagaimana? Memang itu lombanya kapan?” tanya paman. “tanggal 22 februari 2011” jawab Hendra. “itu 3 hari lagi. Kalau begitu paman harus cepat-cepat pergi untuk mengurus KTP.” kata paman. 

            Sudah 4 jam berlalu paman belum juga pulang. Lalu ada yang berteriak “Hendra ini paman sudah buat KTPnya.” Ternyata itu paman Hendra sambil berlari dan menuju rumah. Betapa bahagianya Hendra setelah pamannya membawa KTP yang menjadi syarat perlombaan. Dan hanya lomba itu yang dapat mengubah hidupnya. “alhamdullilah tadi paman mendapat urutan pertama, karena kantornya baru saja dibuka, paman kira membuat KTP itu cepat ternyata lumayan lama. Maaf ya Hendra kalau paman membuat Hendra khawatir.” kata paman. “tidak apa-apa kok paman.” 

            Tiga hari telah berlalu dan hari ini tepat lomba itu diadakan yaitu tanggal 22 februari 2011. Alangkah bahagianya Hendra karena ia sangat bersemangat mengikuti lomba tersebut. Paman sedang bergegas untuk ikut melihat lomba tersebut. Sementara Hendra sudah bersiap didepan rumah. “ayo Hendra kita berangkat!” ajak paman dengan wajah yang sangat senang. “sebelum kita berangkat, kita jangan lupa berdo’a dulu ya paman.” Kata Hendra. “oh iya-iya agar kita dapat keselamatan saat di perjalanan nanti ya Hendra?” tanya paman. “betul sekali.” jawab Hendra. Setelah berdo’a mereka pergi ke tempat diadakannya lomba tersebut. Setelah sampai Hendra dan pamannya pergi ke tempat pendaftaran. Setelah semua syarat terpenuhi Hendra diberi nomer urut 11. 

            Nomer urut 10 sekarang sudah dipanggil, itu pertanda Hendra harus bersiap-siap. “Dra kalau nanti kamu bernyanyi kamu keluarkan semua suaramu dan yakin kalau kamu pasti bisa.” kata paman memberi masukan kepada Hendra. “nomer urut 11” kata panitia perlombaan. Dengan mengucap bismillah Hendra masuk ke tempat audisi lomba. 45 menit Hendra belum juga keluar. Paman Ginra, pamannya Hendra senantiasa bersabar menunggu Hendra sesaat sedang lomba. Hendra keluar dengan cepat dari tempat audisi. “bagaimana tadi perlombaannya lancar?” tanya paman. “lancar paman, masukan dari paman membuat aku semakin tambah yakin kalau aku pasti bisa menang lomba. Katanya aku harus menunggu kurang lebih 1 jam, lalu kita pergi ke ruang pengumuman, dimana kita akan tahu kalau kita menang atau gagal di perlombaan ini.“ jawab Hendra.
            1 jam telah berlalu, seluruh peserta lomba pergi ke ruang pengumuman. Lalu ada salah seorang juri yang akan membacakan pemenang diatas panggung. “sekarang saya akan bacakan siapa pemenang lomba ini juara ketiga diraih oleh........Ahmad. Tepuk tangan untuk Ahmad, untuk Ahmad silakan naik keatas panggung. Selanjutnya juara kedua diraih oleh........Wisnu. Tepuk tangan  untuk Wisnu, untuk Wisnu silakan naik keatas panggung. Dan juara pertama diraih oleh......” ruangan sunyi tiba-tiba karena ingin tahu siapa yang menjuarai lomba tersebut. “dan yang menjadi juara pertama dari lomba ini adalah......Hendra” seluruh penonton bertepuk tangan menyambut sang juara pertama yaitu Hendra. Betapa bahagianya Hendra dan pamannya, ketika dibacakan Hendra menjadi pemenang. “untuk Hendra silakan naik ke atas panggung” 

            Setelah juara tiga dan dua di beri hadiah, kini saatnya untuk jura pertama di beri hadiah alangkah senangnya Hendra ketika ia mendapat hadiah tersebut. “mungkin ada satu dua patah kata yang ingin di sampaikan?” kata juri menawarkan. “pertama-tama saya berterima kasih kepada Allah karena limpahan nikmatnya saya bisa menjuarai lomba ini dan untuk paman saya terima kasih karena sudah mensupport saya. Sekali lagi terima kasih.” kini Hendra berubah menjadi orang yang cukup, karena kegigihan, kerja keras, dan bersabar ia bisa menjadi orang yang cukup. Sebagai manusia kita juga harus bersyukur kepada Allah karena sudah diberikan nikmat yang banyak. Dan selalu tabah dalam menghadapi cobaan, karena cobaan itu  dari Allah. Allah ingin menguji umatnya yang senantiasa selalu bersama Allah.               

0 comments:

Posting Komentar

Free Music Sites
Free Music Online

free music at divine-music.info