Lampu merah
menyala, itu pertanda Hendra datang ke setiap mobil yang ada, dan melantunkan
suaranya. Hendra tetap bersabar ketika ada orang yang tidak memberikan sebagian
uangnya. Umurku 12 tahun harusnya ia sudah duduk dibangku SMP kelas 1 tetapi
karena kendala biaya Hendra tidak masuk sekolah, orang tuanya sudah tiada
ketika Hendra masih kecil. Sekarang Hendra dirawat oleh pamanku namanya paman Ginra.
Paman orangnya keras, maklum dulu ia preman terminal dan pernah masuk penjara.
Tetapi sekarang paman sudah sedikit berubah semenjak masuk penjara.
Pada sore harinya
Hendra pulang ke rumah dengan membawa uang seadanya. “Dra kamu bawa hasil
berapa hari ini?” tanya paman dengan suara yang sedikit keras. “hanya sssegini
paman.” Jawab Hendra sambil menundukan kepalanya. “berapa? Sini, berikan
uangnya!” “ini paman” jawab Hendra. “apa hanya sepuluh ribu! Mau makan apa kamu
dengan uang sedikit ini hah?” kata Paman sambil membentak. “Ya sudah paman
ingin keluar dulu” “lalu uang ini?” tanya Hendra. “Untuk kamu saja.” dengan suara
lantang paman menjawab. Hendra ditanya paman setiap kali ia pulang mengamen di
perempatan lampu merah.
Keesokan harinya
Hendra mengamen ditempat yang berbeda, tiba-tiba ada dua orang preman
mengahampirinya. “hey kamu tau gak kalau ini wilayah saya!” tanya salah satu
dari preman tersebut. “ tidak tau bang.” Jawab Hendra. “disini ada aturannya
siapa yang ngamen atau yang lainnya harus setoran ke saya, atau pergi dari wilayah
saya.” kata si preman. “tapi inikan tempat umum bang.” Kata Hendra. “kamu menantang saya?” tanya si
preman dengan muka yang kesal. “tidak, saya tidak menantang. Kalau begitu dari
pada disini membuat ribut, saya lebih baik pergi.” Kata Hendra. “ya sudah pergi
sana! Kalau bisa jangan kembali lagi, kalau kembali saya akan meminta setoran
ke kamu! Ingat itu ya!” kata si preman dengan keras. “iya bang” kata Hendra.
Meskipun ia
mendapatkan kesusahan dalam mencari tempat yang aman untuk mengamen dan jauh
dari preman, ia tetap bersabar dan tidak putus asa. Sore harinya ia mendapat
koran bekas yang di buang begitu saja. Setelah di baca-baca ia melihat ada
perlombaan menyanyi untuk usia 8-12 tahun. “wah ini kesempatan bagus, berhubung
umurku masih 12 tahun.” kata Hendra. Lalu ia melihat syarat dan hadiah lomba.
“syaratnya harus ku penuhi nih, lalu ketempat yang sudah ditentukan untuk ikut
audisi” kata Hendra. Lalu ia membawa koran itu ke rumah dan memberitahu paman
tentang lomba tersebut.
“paman aku punya berita
bagus.” Kata Hendra sambil berlari ke pamannya. “berita apa?” tanya paman. “ada
lomba bernyanyi, Syaratnya gampang kok paman, dan hadiahnya besar sekali Rp.
50.000.000,- aku boleh ikut lomba itu ya paman?“ jawab Hendra. “apa Rp.
50.000.000,- ? itu besar sekali, paman izinkan untuk mengikuti lomba tersebut,
tetapi apa syaratnya?” tanya paman. “syaratnya harus berumur 8-12 tahun, bisa
bernyanyi, dan orang tua harus punya KTP.” jawab Hendra. “ tapi paman tidak
punya KTP. Bagaimana? Memang itu lombanya kapan?” tanya paman. “tanggal 22
februari 2011” jawab Hendra. “itu 3 hari lagi. Kalau begitu paman harus
cepat-cepat pergi untuk mengurus KTP.” kata paman.
Sudah 4 jam
berlalu paman belum juga pulang. Lalu ada yang berteriak “Hendra ini paman
sudah buat KTPnya.” Ternyata itu paman Hendra sambil berlari dan menuju rumah.
Betapa bahagianya Hendra setelah pamannya membawa KTP yang menjadi syarat
perlombaan. Dan hanya lomba itu yang dapat mengubah hidupnya. “alhamdullilah
tadi paman mendapat urutan pertama, karena kantornya baru saja dibuka, paman
kira membuat KTP itu cepat ternyata lumayan lama. Maaf ya Hendra kalau paman
membuat Hendra khawatir.” kata paman. “tidak apa-apa kok paman.”
Tiga hari telah
berlalu dan hari ini tepat lomba itu diadakan yaitu tanggal 22 februari 2011.
Alangkah bahagianya Hendra karena ia sangat bersemangat mengikuti lomba
tersebut. Paman sedang bergegas untuk ikut melihat lomba tersebut. Sementara
Hendra sudah bersiap didepan rumah. “ayo Hendra kita berangkat!” ajak paman
dengan wajah yang sangat senang. “sebelum kita berangkat, kita jangan lupa
berdo’a dulu ya paman.” Kata Hendra. “oh iya-iya agar kita dapat keselamatan
saat di perjalanan nanti ya Hendra?” tanya paman. “betul sekali.” jawab Hendra.
Setelah berdo’a mereka pergi ke tempat diadakannya lomba tersebut. Setelah
sampai Hendra dan pamannya pergi ke tempat pendaftaran. Setelah semua syarat
terpenuhi Hendra diberi nomer urut 11.
Nomer urut 10
sekarang sudah dipanggil, itu pertanda Hendra harus bersiap-siap. “Dra kalau
nanti kamu bernyanyi kamu keluarkan semua suaramu dan yakin kalau kamu pasti
bisa.” kata paman memberi masukan kepada Hendra. “nomer urut 11” kata panitia
perlombaan. Dengan mengucap bismillah Hendra masuk ke tempat audisi lomba. 45
menit Hendra belum juga keluar. Paman Ginra, pamannya Hendra senantiasa
bersabar menunggu Hendra sesaat sedang lomba. Hendra keluar dengan cepat dari
tempat audisi. “bagaimana tadi perlombaannya lancar?” tanya paman. “lancar
paman, masukan dari paman membuat aku semakin tambah yakin kalau aku pasti bisa
menang lomba. Katanya aku harus menunggu kurang lebih 1 jam, lalu kita pergi ke
ruang pengumuman, dimana kita akan tahu kalau kita menang atau gagal di
perlombaan ini.“ jawab Hendra.
1 jam telah
berlalu, seluruh peserta lomba pergi ke ruang pengumuman. Lalu ada salah
seorang juri yang akan membacakan pemenang diatas panggung. “sekarang saya akan
bacakan siapa pemenang lomba ini juara ketiga diraih oleh........Ahmad. Tepuk
tangan untuk Ahmad, untuk Ahmad silakan naik keatas panggung. Selanjutnya juara
kedua diraih oleh........Wisnu. Tepuk tangan untuk Wisnu, untuk Wisnu silakan naik keatas
panggung. Dan juara pertama diraih oleh......” ruangan sunyi tiba-tiba karena
ingin tahu siapa yang menjuarai lomba tersebut. “dan yang menjadi juara pertama
dari lomba ini adalah......Hendra” seluruh penonton bertepuk tangan menyambut
sang juara pertama yaitu Hendra. Betapa bahagianya Hendra dan pamannya, ketika
dibacakan Hendra menjadi pemenang. “untuk Hendra silakan naik ke atas panggung”
Setelah juara tiga
dan dua di beri hadiah, kini saatnya untuk jura pertama di beri hadiah alangkah
senangnya Hendra ketika ia mendapat hadiah tersebut. “mungkin ada satu dua
patah kata yang ingin di sampaikan?” kata juri menawarkan. “pertama-tama saya
berterima kasih kepada Allah karena limpahan nikmatnya saya bisa menjuarai
lomba ini dan untuk paman saya terima kasih karena sudah mensupport saya.
Sekali lagi terima kasih.” kini Hendra berubah menjadi orang yang cukup, karena
kegigihan, kerja keras, dan bersabar ia bisa menjadi orang yang cukup. Sebagai
manusia kita juga harus bersyukur kepada Allah karena sudah diberikan nikmat
yang banyak. Dan selalu tabah dalam menghadapi cobaan, karena cobaan itu dari Allah. Allah ingin menguji umatnya yang
senantiasa selalu bersama Allah.
0 comments:
Posting Komentar